Minggu, 12 Maret 2017

Makalah Bimbingan Konseling Dalam Keluarga

Makalah Bimbingan Konseling Dalam Keluarga

bimbingan dan konseling kelompok

Diskripsi Pertumbuhan serta psikologi Remaja





BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Keluarga merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai perilaku sosial yang berbeda yang dimiliki oleh setiap individu yang berada di dalam sebuah keluarga tersebut. Individu yang berada dalam sebuah keluarga yang harmonis terdiri atas seorang ayah, seorang ibu dan anak-anak.
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas darimasalah, konflik dan situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Ini merupakan hal yang wajar sebagai suatu tahapan dari pengalaman hidup dan perkembangan diri seseorang.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah/ krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau dengan cara kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikan krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan masalah anak dan istri. Cara ilmiah adalah cara konseling keluarga (family conseling). Cara ini adalah yang telah dilakukan oleh para ahli konseling diseluruh dunia. Ada dua pendekatan dilakukan dalam hal ini: 1). Pendekatan individual atau juga disebut konseling individual yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien. 2). Pendekatan kelompok (family conseling). Yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
Tujuan utama konseling keluarga adalah untuk memperlancar komunikasi diantara anggota keluarga yang mungkin karena sesuatu hal terputus. Para anggota keluarga berusaha secara bersama-sama untuk mengembangkan komunikasi diantara mereka. Terjadinya hambatan komunikasi mungkin disebabkan oleh beberapa hal antara lain: terjadi konflik antar anggota keluarga ataupun adanya masalah diantara individu-individu dalam keluarga.


B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, makan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.        Bagaimanakah latar belakang kehidupan keluarga?
2.        Bagaimanakah memahami konseling keluarga?
3.        Apakah teori-teori konseling?
4.        Bagaimanakah aplikasi teori-teori konseling?
5.        Bagaimanakah proses dan tahapan konseling keluarga?
6.        Bagaimanakah teknik-teknik konseling keluarga?


C.      Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.        Latar belakang kehidupan keluarga;
2.        Konseling keluarga;
3.        Teori-teori konseling;
4.        Aplikasi teori-teori konseling;
5.        Proses dan tahapan konseling keluarga;
6.        Teknik-teknik konseling keluarga.





BAB II
PEMBAHASAN


A.      Latar Belakang Kehidupan Keluarga
Kehidupan masyarakat  khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas dari sistem nilai yang ada di masyarakat tertentu. Berbagai sistem nilai yang ada di masyarakat :
a)        Nilai agama. Saat ini, mengalami degradasi terhadap nilai agama, sebab semua agama merasakan bahwa kebanyakan umatnya  kurang setia pada agama yang dianutnya.
b)        Degradasi nilai adat istiadat. Ini sering disebut sebagai tata susila atau kesopanan. Hal ini dapat dibuktikan pada perilaku anak-anak dan remaja saat ini.
c)        Degradasi nilai-nilai sosial. Sebagaimana kita saksikan saat ini, masyarakat sangat individualis mementingkan diri sendiri dalam segala hal, enggan berbagi harta, pikiran, saran, pendapat, tidak mau bergaul terutama dengan orang kelas bawah dan memutuskan tali silaturahmi terutama dengan keluarga.
d)       Degradasi kesukarelaan keluarga. Seperti yang kita lihat saat ini banyak sekali kekisruhan keluarga, kasus suami membunuh istrinya dan sebaliknya, ayah membunuh anaknya dan sebaliknya.
Namun tak dapat dipungkiri, bahwa keluarga modern memiliki ciri utama kemajuan dan perkembangan dibidang pendidikan, ekonomi dan pergaulan. Kebanyakan keluarga modern berada di perkotaan, mungkin juga ada keluarga modern berada di pedesaan, akan tetapi jarang berinteraksi dengan masyarakat pedesaan. Kelengkapan alat transportasi dan komunikasi memungkinkan mereka cepat berinteraksi di kota yaitu dengan kelluarga lainnya. Namun, dibalikk semua itu, terdapat krisis keluarga, artinya keadaan kelurga dalam keadaan kacau, tidak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikkan kehidupan anak-anaknya terutama remaja. Berikut ini adalah penyebab terjadinya krisis keluarga, yaitu: kurang atau putusnya komunikasi diantara anggota keluarga terutama ayah dan ibu, sikap egosentrisme, masalah ekonomi, masalah kesibukan, masalah pendidikan, masalah perselingkuhan dan jauh dari agama.
Dari sekian banyak masalah keluarga yang telat disebutkan di atas, pasti ada jalan keluar untuk penyelesain. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga. Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau sering disebut dengan cara ilmiah. Pemecahan masalah keluarga dengnan cara tradisional terbagi dua bagian. Pertama, kearifan atau dengan kasih sayang, kekeluargaan. Kedua orang tua dalam menyelesaikam krisis keluarga terutama yang berhubungan dengan anak dan istri.
Cara  ilmiah adalah cara konseling keluarga, cara ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam hal ini, yaitu:
1)        Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
2)        Pendekatan kelompok, yaitu disksi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.
B.       Memahami Konseling Keluarga
A)  Latar belakang konseling keluarga
1.    Perubahan kehidupan keluarga
Dengan berakhirnya perang dunia II, maka terjadilah perubahan dalam sosiokultural dala msyarakat AS. Pengaruh tersebut menggejala pula terhadap keluarga dan anggota-anggotanya. Keluarga mendapatkan tantangan dan tekanan dari luar dan dalam dirinya sedangkan keluarga itu harus tetap bertahan. Kemajuan disegala bidang, terutama ilmu dan teknologi terasa pula dampaknya terhadap keluarga di Indonesia khususnya di kota-kota.
2.    Keluarga Berantakan (broken home)
Yang dimaksud keluarga berantakan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
1.    Keluarga itu berantakan karena strukturnya tidak utuh, karena meninggal dunia atau bercerai.
2.    Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu jarang ada di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih saying lagi.
3.    Kasus Siswa di Sekolah
Banyak kasus siswa di sekolah yang bersumber dari keadaan keluarganya, misalnya krisis keluarga. Biasanya, jika ternyata memang kasus itu berkaitan erat dengan masalah keluarga, mka guru pembimbing akan berusaha melakukan kunjungan rumah.


4.    Konseling Keluarga dan Sekolah
Keluarga dan sekolah merupakan dua sistem yang amat penting dalam kehidupan anak dan remaja. Keluarga berperan utama dalam mempengaruhi anak-anak dalam proses perkembangan dan sosialisasinya. Sekolah tidak hanya mengembangkan keterampilan kognitif, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan perilaku emosional dan sosial.
B)  Pengertian konseling keluarga
Family counseling atau konseling keluarga adalah upaya yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembabng seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.


C.      Teori-teori Konseling
1.    Pendekatan Psikoanalisis
Sigmud Freud 1896, sebagai pendiri aliran ini, mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam kesadaran dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut, sedangkan sebagian gunung es yang terbenam adalah alam ketidaksadaran manusia. Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari id ego dan super ego.
Tujuan dan proses konseling psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur  kepribadian klien dengan jalan mengembalikan jalan yang tidak disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititikberatkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayayti, memahami dan mngenal pengalaman masa kecilnya terutama masa usia 2-5 tahun.
Teknik konseling psikoanalisis ada 5, yaitu :
1)   Asosiasi bebas, yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pemikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sehingga klien mudah mengungkapkan masa lalunya.
2)   Interpretasi, teknik yang digunakan konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferesi klien.
3)   Analisis mimpi, yaitu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan member kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4)   Analisis resistensi, ditujukan untuk menyadarkan meminta perhatian klien untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
5)   Analisis transferesi, konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama 5tahun pertama dalam hidupnya.
2.    Terapi Terpusat pada Klien (Client- centered therapy)
Sering juga disebut  terapi nondirektif  adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dan klien, agar tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.
Proses dan teknik konseling sebagai berikut :
1)   Klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri.
2)   Situasi konseling sjak awal harus menjadi tanggung jawab klien untuk itu konselor menyadarkan klien.
3)   Konselor meyakinkan klien agar ia berani mengemukakan perasaannya.
4)   Konselor menerima perasaan klien  serta memahaminya
5)   Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaannya dirinya.
6)   Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanan)
7)   Klien merealisasikan pilihannya itu.
Implementasi teknik konseling didasari oleh paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Oleh karena itu penggunaan teknik seperti pertanyaan, memberanikan, interpretasi, dan sugesti dipakai dalam frekuensi rendah. Yang lebih utama adalah pemakaian teknik konseling bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap. Karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten, memahami secara empati, member penilaian kepada klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
3.    Terapi Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Federick S. Pearl (1894-1970) yang didasari oleh empat aliran, yakni, psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme serta psikologi Gestalt. Menurut Parls, individu itu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagin atau organ-organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang seimbang antara ikatan organism dengan lingkungan. Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial  dengan biologis merupakan konsep dasar terapi Gestalt.
4.    Terapi Behavioral
Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan Skinnerian. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk melakukan treatment neurosis. Kontribusi terbesar dari konseling behavioral atau perilaku adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi, yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rakayasa llingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku.
Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien  membuang respons-respons yang lama yang merusak diri dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat. Selain itu tujuan terapi behavioral adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladatif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. Terdapat beberapa teknik dalam terapi ini, yaittu :
1)   Teknik desensitisasi sistematik. Teknik ini bermaksud mengejar klien untuk memberikan respons yang tdak konsisten dengan kecemasan yang dialami klien.
2)   Teknik assertive training. Teknik ini menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang sesuai dalam menyatakannya. Pelaksanaan tejnik ini adalah dengan role playing (bermain peran).
3)   Aversion therapy. Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan memperkuat perilaku positif.
4)   Home-work. Yaitu latihan rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu. Caranya adalah dengan member tugas rumah untuk satu minggu.
5.    Logotherapy Frankl
Tujuan dari terapi logo adalah agar dalam masalah yang dihadapi klien, dia bisa menemukan makna dari penderitaan atas kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu, klien membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Teknik logo ini masih mengikuti aliran psikoanalisis tetapi menganut paham eksistensialisme. Teknik konselingnya menggunakan semua teknik yang sekiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi.
6.    Terapi Emotif Rasional (Rational emotive therapy/RET)
Teori ini dikembangkan seorang eksistensialis Albert Ellis 1962. Teori memandang bahwa manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti, manusia bebas, berfikir, bernafsu, dan berkehendak. RET menolak aliran psikoalanilis dengan mengatakan peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Gangguan emosi terjadi karena pikiran-pikiran seseorang yang bersifat irasoinal terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya.
Tujuan dari proses terapi adalah untuk mengubah dan memperbaiki sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Adapun proses konselingnya adalah :
1)   Konselor menunjukan kepada klien bahwa kesulitannyang dihadapinya berhubungan dengan keyakinan irasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional.
2)   Setelah klien menyadari gangguan emosional yang bersumber dari pemikiran irasional, maka konselor menunjukkan pemikiran klien yang irasional tersebut.
3)   Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
4)   Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkn filosofis kehidupan rasional dan menolak kehidupan yang irasional dan fiktif.
Teknik konseling. Layanan konseling RET terdiri atas layanan individu dan kelompok. Sedangkan teknik-teknik yang digunakan lebih banyak dari RET adalah :assertive training (melatih dan membiasakan), sosiodarma (sandiwara pendek tentang kehidupan), self modeling (konselor menjadi model dan klien berjanji akan mengikuti), teknik reinforcement (memberi reward), social modeling, desensitisasi sismatik, relaxatation, self control, homework assignment, diskusi, simulasi, dan bibliografi (member bahan bacaan).

D.      Aplikasi Teori-teori Konseling
Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu keharusan. Akan tetapi konselor sering merasa kesulitan dalam aplikasi tersebut dengan single theory. Karena perilaku manusia tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Karena itu, multitheory adalah hal yang wajar dalam mempelajari dan mengamati perilaku manusia, terutama dalam  praktek konseling.
1)        Pendekatan terpusat pada klien
Roger menekankan bahwa klien secara individual dalam keanggotaan kelompok akan mencapai kepercayaan diri, dimana ia mengatakan bahwa anggota-anggota keluarga dapat mempercayai dirinya. Hal ini bisa terjadi jika kondisi-kondisinya menunjukkan adanya kejujuran, keaslian, memahami, menjaga, menerima, menghargai secara positif dan belajar aktif. Dalam konseling keluarga, fungsi konselor adalah sebagai fasilitator, yaitu untuk memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur komunikasi apabila ternyata dalam kehidupan keluarga  tersebut pola-pola komunikasinya berantakan bahkan terputus sama sekali.
Seorang konselor amat menentukan keterbukaan anggota keluarga dalam setiap sesi. Konselor tidak melakukan pendekatan terhadap anggota keluarga sebagai seorang pakar yang akan menerangkan secara treatmentnya. Akan tetapi, ia akan berusaha untuk menggali sumber yang ada dalam keluarga itu melalui anggota keluarga yang memiliki potensi berkembang dan digunakan memecaghkan masalah individu atau keluarga. Esensinya anggota keluarga adalah arsitek bagi dirinya sendiri. Konselor memperhatikan respect atau rasa hormat yag tinggi bagi potensi keluarga yang digunakan untuk menentukan dirinya sendiri. Dengan demikian, konseling keluarga adalah proses mengayam dari smua anggota keluarga untuk tumbuh dan menemukan dirinya sendiri.
2)        Pendekatan eksistensi dalam konseling keluarga
Dalam konseling eksistenial, aspek-aspek seperti membuat pilihan-pilihan, menerima tanggung jawab secara bebas, menggunakan gaya kreatif untuk mengatasi kecemasan, dan penelitian terhadap makna dan nilai, merupakan hal-hal yang mendasar dalam situasi terapeutik dalam konseling keluarga. Prinsip  eksistensialis  yang digunakan pada konseling keluarga memanfaatkan metode-metode kognitif, behavioral, dan berorientasi pada perbuatan. Asumsi dasar dari keluarga, yakni anggota keluarga membentuk nasibnya melalui pilihan-pilihan yang dbuatnya sendiri. Buruknya kehidupan keluarga tidak lain berkurangnya kemauan para anggota untuk mengalami, merasakan pandangan dunia pribadi anggota keluarga yang lain. Apa yang kita kejar dalam konseling keluarga adalah terjadinya anggota keluarga yang memutuskan untuk mengubah struktur kehidupan keluarga yang sesuai dengan visi mereka sendiri.
3)        Konseling keluarga pendekatan Gestalt
Teori Gestalt memberikan perhatian kepada apa yang dikatakan anggota keluarga, bagaimana mereka mengatakannya, apa yang terjadi keitka mereka berkata itu, bagaimana ucapan-ucapannya jika dihubungkan dengan perbuatannya, dan apakah mereka berusaha untuk menyelesaikan perbuatannya. Yang lebih ditekankan lagi dalam pendekatan ini adalah keterlibatan konselor dalam keluarga. Karena itu, yang terpenting bagi konselor adalah mendengarkan suara dan emosi mereka. Konselor melakukan perjumpaan dalam konseling keluarga sebagai partisipan penuh, sebagai sahabat, sebagai orang yang dipercaya dalam perjumpaan diantara sesama. Konselor membawa kepribadian, reaksi dan pengalaman hidupnya kedalam perjumpaan konseling keluarga. Konselor akrab dengan mereka dan berusaha memahami dan merasakn isi hati mereka. Konseling yang jujur dapat membuat individu-individu yang terlibat didlamnya giat berusaha untuk menempatkan diri sebagimana adanya dan memahami orang lain sebagaimana adanya pula.
4)        Pendekatan konseling keluarga menurut aliran Adler
Adler beranggapan bahwa masalah seseorang pada hakikatnya adalah bersifat sosial, karena itu diberi kepentingan yang besar terhadap hubungan-hubungan antara manusia, yang terjadi sebagai dinamika psikis dari individu yang biasanya merupakan kasus dalam keluarga. Tujuan dasar dari pendekatan ini adalah untuk mempermudah perbaikan hubungan anak-anak dan meningkatkan hubungan dalam keluarga. Salah satu asumsi terpenting, yakni konseling keluarga harus diikuti secara sukarela oleh anggota keluarga. Anggota keluarga memfokuskan isu-isu yang merebak dalam keluarga dan mencapai persetujuan-persetujuan baru atau membuat usaha kompromi dan aktif berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang baik. Adapaun teknik-teknik yang digunakan dalam teori ini adalah wawancara awal, bermain peran dan penafsiran.
5)        Pendekatan tansaksional analysis (TA) dalam konseling keluarga
Tujuan dasar dari TA adalah bekerja dengan struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Adapun tahapan-tahapan konselingnya, yaitu :
a)        Tahap awal, yaitu focus konseling pada dinamika keluarga sebagai suatu sistem. Konselor menerangkan kepada anggota keluarga bagaimana suatu individu muncul dan mempengaruhi anggota lain dalam suatu unit keluarga.
b)        Tahap kedua, yaitu terjadinya proses terapeutik dengan setiap anggota keluarga. Disini akan terlihat dinamika individu dalam proses konseling. Jika masing-masing anggota keluarga telah memahami dinamika hubungan antara meraka, maka focus kita sekarang adalah pada keluarga sebagai suatu unit.
c)        Tahap ketiga, yaitu mengadakan reintegrasi terhadap keseluruhan keluarga. Tujuan yang akan dicapai adalah berfungsinya anggota-anggota keluarga, baik secara independen maupun interindependen sehingga setiap anggota menjadi mampu berdiri sendiri dan dapat hidup sehat dalam keluarga.
6)        Aplikasi konsep-konsep psikoanalitik
Aliran psikoanalitik dalam konseling keluarga member penjelasan tentang latar belakang kehidupan keluarga sebagai pemahaman terhadap pola-pola intrapsikis yang terbuka dalam konseling keluarga. Konsep psikoanalitik mengajarkan konselor untuk memahami ketidakfungsian pola-pola keluarga yang telah menyebabkan isu-isu pribadi diantara ayah, ibu dan anak gadisnya. Tantangan terbesar konselor adalah membantu anggota keluarga agar menyadari keadaannya dan mengambil tanggung jawab dalam menanggulangi proyeksi dan transferensinya serta memahami masalah keluarga yang masih berlarut-larut seandainya mereka terus-menerus berorientasi pada kehidupan masa lalunya secara tidak sadar. Pendekatan ini menunjukkan bahwa suatu kekuatan yang ditempuh unuk memecahkan masalah keluarga sebagai suatu sistem dengan mencapai perubhan struktur kepriadian kedua orangtua.
7)        Konseling keluarga rational-emotive
Tujuan dari konseling ini pada dasarnya sama dengan yang berlaku dalam konseling individual dan kelompok. Anggota keluarga dibantu untuk melihat bahwa mereka bertanggung jawab dalam membuat gangguan bagi diri mereka sendiri melalui perilaku anggota lain secara serius. Mereka didorong untuk mempertimbangkan bagaimana akibat dari perilakunya,pikirannya dan emosinya yang telah membuat orang lain dalam keluarga menirunya. Terapi Emotif Rasional (RET) mengajarkan anggota keluarga untuk bertanggung jawab terhadap perbuatannya dan berusaha mengubah reaksinya terhadap situasi keluarga.
8)        Aplikasi teori behavioral dalam konseling keluarga
Konselor-konselor behavioral telah memperluas prinsip-prinsip teori belajar sosial terhadap konseling keluarga. Mereka mengemukakan bahwa prosedur-prosedur belajar yang telah digunakan untuk mengubah perilaku dapat diaplikasikan untuk mengubah perilaku yang bermasalah dalam suatu keluarga.
Ciri utama dari aplikasi behavioral terhadap konseling keluarga, menurut Liberman 1981 mengungkapkan tiga bidang kepedulian teknis bagi konselor, yakni :
a)        Kreasi dari gabungan terapeutik yang positif
b)        Membuat analisa fungsional terhadap masalah-masalah dalam keluarga
c)        Implementasi prinsip-prinsip behavioral yakni reinforcement dan modeling dalam konteks interaksi dalam keluarga. Dengan menggunakan peranan gabungan terapeutik, penilaian keluarga selanjutnya adalah melaksanakan strategi behavioral.
9)        Konsep-konsep logoterapi dalam konseling keluarga
Konsep logoterapi terkenal setelah keluar tulisan Frankl dalam bukunya ‘Man’s Search for Meaning’ pada tahun 1962. Logoterapi bertujuan agar klien yang menghadapi masalah dapat menemukan makna dari penderitaannya dan juga makna mengenai kehidupan dan cinta. Dalam konseling keluarga, konselor sebaiknya mengusahakan agar anggota keluarga menemukan makna yang baik baginya dalam hubungan interpersonal. Konselor memberikan kesempatan kepada anggota keluarga untuk berdiskusi satu sama lain tentang masalah mereka, kemudian dibantu menemukan makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut memberikan dorongan semangat hidup klien ke arah positif.


E.       Proses dan Tahapan Konseling Keluarga
Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh berbagai factor seperti jumlah kliennya yang lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga amat beragam dan bersifat emosional, dan konselo harus melibatkan diri dalam dinamika konseling keluarga. Berdasarkan kenyataan, ada lima jenis relasi atau hubungan dalam konseling keluarga, yaitu:
1.        Relasi seorang konselor dengan klien
2.        Relasi satu klien dengan klien lainnya
3.        Relasi konselor dengan sebagian kelompok
4.        Relasi konselor dengan keseluruhan anggota keluarga
5.        Relasi antar kelompok dengan kelompok lain
Dalam konseling keluarga, konselor diharapkan mempunyai kemampuan professional untuk mengantisipasi prilaku keseluruhan anggota keluarga yang terdiri dari berbagai kualitas emosional dan kepribadiannya. Konselor yang profesional memiliki karakteristik yaitu:
a)        Ilmu konseling dan ilmu lain yang berkaitan dengan wawasan ilmiah;
b)        Keterampilan konseling;
c)        Kepribadian konselor yang terbuka, menerima apa adanya, dan ceria.
Secara umum proses konseling berjalan menurut tahapan berikut:
1.        Pengembangan rapport
Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan pengembangan rapport yang merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien. Upaya-upaya tersebut ditentukan oleh aspek-aspek dari konselor, yakni kontak mata, prilaku nonverbal (prilaku attending, bersahabat, luwes, ramah, senyum, menerima, jujur, penuh perhatian), bahasa lisan, atau verbal (sapaan sesuai dengan teknik-teknik konseling), seperti ramah menyapa, senyum, dan bahasa lisan yang halus.
2.        Pengembangan apresiasi emosional
Jika semua anggota keluarga yang sedang mengikuti anggota semua terlibat, maka akan terjadi interaksi yang dinamik diantara mereka, serta memiliki keinginan yang kuat untuk memecahkan masalah mereka dan mereka mampu saling menghargai perasaan amsing-masing. Ada 2 teknik konseling keuarga yang efektif yaitu sculpting dan role playing. Kedua teknik ini memberikan peluang bagi pernyataan-pernyataan emosi tertekan, dan penghargaan terhadap luapan emosi masing-masing anggota keluarga.
3.        Pengembangan alternative modus perilaku
Pada pengembangan alternative ini, yaitu mempraktikan temuan baru dari semua anggota keluarga yang bisa menjadi alternative perilaku yang baru dalam keluarga. Aplikasi  perilaku tersebut dilakukan melalui praktek di rumah. Konselor biasa member suatu daftar perilaku baru yang akan dipraktikan selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling keluarga berikutnya. Tugas ini juga sering disebut pekerjaan rumah (home assignment).
4.        Fase membina hubungan konseling
Fase ini amat penting dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif  ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling yang dilakukan dari tahap awal dan tahap berikutnya. Secara berurutan, proses hubungan konseling dapat dijabarkan sebagai berikut :
a)        Konseli memasuki ruang konseling, kemudian konselor mempersiapkan klien supaya siap dibimbing.
b)        Tahap klarifikasi, klien mengungkapkan alasan kedatangannya, sebelum klien mengungkapkan harapan-harapannya.
c)        Tahap struktur, konselor mengadakan kontrak, waktu yang akan digunakan, biaya dan kerahasiaan.
d)       Tahap meningkatkan relasi atau hubungan konseling untuk memudahkan pembinaan bantuan kepada klien.
5.        Memperlancar tindakan positif
Fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a)        Eksplorasi, mengeksplorasi dan menelusuri masalah, menetapkan tujuan konseling, menetapkan strategi, mengumpulkan fakta, mengungkapkan perasaan-perasaaan klien yang lebih dalam, mengajarkan keterampilan baru, konsolidasi, menjelajahi alternative.
b)        Perencanaan bagi klien, yang bertujuan untuk memecahkan masalah, mengurangi perasaan-perasaan menyedihkan/menyakitkan, mengonsolidasi skil baru atau perilaku baru untuk mencapai aktifitas diri klien.
c)        Sebagai penutup, yaitu mengevaluasi hasil konseling, menutup hubungan konseling.


D.      Teknik-teknik Konseling Keluarga
1)    Teknik Konseling keluarga dalam Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem yang dikemukakan oleh Perez 1979, yaitu mengembangkan sepuluh teknik konseling keluarga, antara lain :
a.    Mematung
b.    Bermain peran
c.    Diam
d.   Konfrontasi
e.    Mengajar anggota keluarga dengan cara bertanya
f.     Mendengarkan
g.    Mengihktisarkan pembicaraan
h.    Menyimpulkan
i.      Menjernihkan/memperjelas pernyataan yang samar
j.      Merefleksikan perasaan klien dan ekspresi wajah
2)    Skil Individu yang Perlu Dikuasai oleh Konselor
Teknik yang berhubungan dengan permahaman diri yaitu :
a.    Keterampilan mendengarkan
b.    Keterampilan memimpin
c.    Keterampilan merefleksi
d.   Keterampilan menyimpulkan
e.    Keterampilan mengonfrontasi seperti pengalaman, pendapat-pendapat, meningkatkan konfrontasi diri, membuka perasaan-perasaan dan memudahkan munculnya perasaan-perasaan
f.     Keterampilan menafsirkan
g.    Keterampilan menginformasikan
Keterampilan untuk menyenangkan dan menangani ksiris. Skil ini jiga berhubungan  dengan usaha menyenangkan dan konselor sebagai alatnya
a.    Keterampilan mengadakan kontak
b.    Keterampilan menentramkan hati klien
c.    Keterampilan untuk membuat relaks/santai
d.   Meringankan krisis dengan cara mengubah lingkungan klien
e.    Mengembangkan alternative-alternatif dengan persepsi realistic, mengurangi ketegangan, membuat suatu komitmen tantangan
f.     Keterampilan mereferral klien
Keterampilan untuk menngadakan tindakan positif dan perubahan perilaku klien.
Keterampilan ini banyak diwarnai oleh aliran behavioral atau terapi perilaku. Tujuannya, agar setelah konseling klien mengalami perubahan perilaku dan mampu melakukan tindakan positif. Metode ini mempunyai karakteristik seperti pendekatan empiric objekif terhadap tujuan-tujuan klien dan perubahan terhadap lingkungan klien. Adapun keterampilan teknik yang termasuk dalam bagian ini adalah :
a.    Modeling atau metode belajar dengan cara mengalami/memperhatikan perilaku orang lain
b.    Rewarding skill atau keterampilan memberikan hadiah
c.    Contracting atau keterampilan mengadakan persetujuan dengan lien










BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Konseling Keluarga ini secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggarannya melibatkan anggota keluarga.
Kehidupan masyarakat khususnya keluarga, tidak akan pernah lepas darimasalah, konflik dan situasi/kejadian yang tidak menyenangkan terkait dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan krisis keluarga tersebut.
Ada dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah.
Cara  ilmiah adalah cara konseling keluarga, cara ini telah dilakukan oleh para ahli konseling di seluruh dunia. Ada dua pendekatan yang dilakukan dalam hal ini, yaitu:
3)        Pendekatan individual. Yaitu upaya menggali emosi, pengalaman dan pemikiran klien.
4)        Pendekatan kelompok, yaitu diskusi dalam keluarga yang dibimbing oleh konselor keluarga.




B.     Saran
Saya menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, namun walaupun demikian akan mencoba memberi saran yang mungkin akan dapat membangun.
Diharapkan antar anggota keluarga dapat hidup rukun, harmonis dan masalah yang timbul dalam keluarga dapat terselesaikan dengan cara dengan cara tradisional dan ada pula dengan cara modern atau yang sering disebut dengan cara ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyarini dan Mohammad, Jauhar. 2014. Dasar Dasar KonselingJakarta:         Prestasi Pustakaraya.
S. WillisSofyan2009Konseling Keluarga (Family Counseling)Bandung        Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar